Receiving
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengadaan bahan
pakan adalah:
a. Bahan
baku yang dibeli berkualitas bagus yang telah dilengkapi dengan hasil analisis
laboratorium
b. Daerah untuk penerimaan dan pembongkaran bahan baku
harus bersih dan drainase yang baik
c. Transportasi
yang akan digunakan untuk mengangkut bahan baku harus diperiksa keadaan fisik
dan kebersihannya. Kendaraan untuk mengangkut ternak tidak digunakan untuk
mengangkut pakan.
d. Pengelolaan
bahan pakan
Variasi alami dan pengolahan bahan baku dapat menyebabkan kandungan
zat makanan yang berbeda. Bahan baku sering terkontaminasi atau sengaja
dicampur dengan benda-benda asing dapat menurunkan kualitas sehingga perlu
dilakukan pengujian secara fisik untuk menentukan kemurnian bahan. Penurunan
kualitas bahan baku dapat terjadi karena penanganan, pengolahan atau
penyimpanan yang kurang tepat. Kerusakan dapat terjadi karena serangan jamur
akibat kadar air yang tinggi, ketengikan dan serangan serangga. Pengawasan mutu
bahan baku harus dilakukan secara ketat saat penerimaan dan penyimpanan.
Pemilihan dan pemeliharaan kualitas bahan baku menjadi tahap penting dalam
menghasilkan ransum yang berkualitas tinggi. Kualitas ransum yang dihasilkan
tidak akan lebih baik dari bahan baku penyusunnya (Fairfield, 2003).
Proses produksi pakan ternak merupakan rangkaian aktivitas yang
meliputi penggilingan, pencampuran, pelleting dan pengepakan. Bahan baku yang
dibeli biasanya terdapat dalam bentuk dan ukuran yang berbeda, untuk
menghasilkan ukuran yang seragam diperlukan penggilingan untuk menurunkan
ukuran partikel. Homogenitas ukuran dan bentuk bahan baku mempengaruhi hasil
pencampuran dan proses pelleting. Pengawasan mutu selama proses produksi mutlak
dilakukan karena penggilingan dan pencampuran yang tidak sempurna tidak akan
menghasilkan ransum seperti yang diharapkan.
Pengambilan sampel
Bahan pakan
dilakukan pada saat awal, pertengahan dan di akhir pemuatan dan diambil pada 5
tempat pada kemasan material yaitu 4 sudut dan bagian tengah. Pengambilan
sampel ini diambil dengan arah diagonal. Apabila bahan baku berupa cairan
pengambilan sampel dapat dilakukan setelah bahan cair tersebut didiamkan 5
menit.
Semua sampel harus diletakkan pada peti
yang besar kemudian dicampur dan sebanyak ¼ sampai dengan ½ kg diletakkan pada
temapat tertentu untuk identifikasi. Identifikasi yang dilakukan adalah
tanggal, nomor kendaraan, bahan baku, jumlah penerimaan, nama pemasok dan nama
pengambil sample, untuk
menjamin kualitas ransum adalah pengambilan sampel dan pengujian bahan baku
sebelum dilakukan pembongkaran. Pengawasan mutu dan prosedur analisis tidak
akan terlepas dari kegiatan pengambilan sampel. Proses pengambilan sampel
menekankan pola sampling, jumlah sampel yang diambil, ukuran sampel dan
penyimpanan sampel yang benar (Plumstead dan Brake, 2003).
Langkah awal program penjaminan kualitas (Quality Assurancel)
ialah melalui pengawasan mutu (Quality Control). Pengawasan mutu dilakukan pada
setiap aktivitas dalam menghasilkan produk dimulai dari bahan baku, proses
produksi hingga produk akhir. Bahan baku yang digunakan sebagai input dalam
industri pakan ternak diperoleh dari berbagai sumber, mempunyai kualitas yang
sangat bervariasi. Bervariasinya kualitas bahan baku disebabkan oleh variasi
alami (natural variation), pengolahan (processing), pencampuran (adulteration)
dan penurunan kualitas (damaging and deterioration) (Khajarern, dkk. 1987).
Tindakan sangat penting dalam pengawasan mutu bahan baku dan proses
produksi adalah pengambilan sampel (sampling). Laboratorium yang dilengkapi
dengan peralatan yang canggih dan didukung dengan tenaga ahli yang
berpengalaman tidak akan mampu memberikan data yang akurat tanpa didukung
ketersediaan sampel yang tepat. Teknik, jumlah dan peralatan yang tepat
diperlukan untuk memperoleh sampel yang representatif.
Pola sampling pada industri pakan ternak secara umum terdiri dari
simple random sampling, stratified random sampling dan systematic sampling
(Herrman, 2001). Industri pakan ternak biasanya menggunakan kombinasi ketiga
pola tersebut baik untuk bahan baku curah (bulk ingredients), bahan baku
kemasan (bagged ingredients) maupun bahan baku cair (liquid ingredients).
Jumlah sampel yang diambil sama pentingya dengan pola pengambilan
sampel. Sampel yang representatif diperoleh melalui 3 tahap yaitu pengambilan
sampel primer (primary sample), sampel sekunder (secondary sample) dan sampel
uji (inspection sample). Sampel primer diambil dari beberapa titik dari sekumpalan
bahan baku. Jumlah sampel primer yang banyak harus dikurangi menjadi sampel
sekunder kemudian dijadikan sebagai sampel uji yang akan dibawa ke
laboratorium. Pengambilan jumlah sampel harus memperhitungkan akurasi, tingkat
kepercayaan dan perhitungan ekonomis.
Peralatan
Sampling
Sampling secara manual membutuhkan perlengkapan untuk mengambil
sampel seperti grain probe, bag trier, bom sampler dan alat pemisah sampel
seperti Riffler dan Boerner Divider. Grain probe (Gambar 1) digunakan untuk
mengumpulkan sampel berupa biji-bijian, bungkil kedelai dan ransum akhir. Probe
harus cukup panjang sehingga mampu masuk sekitar ¾ ke dalam bahan baku. Probe
tersedia dengan panjang standar 5, 6, 8,10 dan 12 kaki (GIPSA, 2001).
Bag trier terdapat dalam 3 bentuk yaitu tapered bag
trier, double-tube bag trier dan single tube open-end bag trier. Tapered bag
trier (Gambar 2) terbuat dari stainless steel dengan bentuk ujung meruncing,
digunakan untuk mengambil sampel tepung dan komoditi butiran dalam karung
tertutup. Double tube bag trier terbuat dari stainless steel digunakan untuk
digunakan untuk mengambil sampel bentuk tepung baik pada karung terbuka maupun
tertutup. Single tube open-end bag trier terbuat dari stainless steel digunakan
untuk komoditi bentuk tepung pada karung terbuka.
Gambar 1. Grain Probe
Gambar 2. Tapered Bag Triers Gambar 3. Bomb Sampler
Bomb
sampler (Gambar 3) digunakan untuk mengumpulkan bahan baku cairan. Alat ini
mempunyai panjang 12-16 inci dengan diameter 1¾ - 3 inci. Katup terangkat jika
mencapai dasar tangki atau diangkat secara manual.
Sampel yang diambil dari setiap titik pengambilan dilakukan
pencampuran secara merata sebelum dilakukan pengurangan. Pengurangan jumlah
sampel dapat dilakukan dengan menggunakan Diverter-type (Gambar 4), Boerner
Divider (Gambar 5), riffler (Gambar 6) atau dengan menggunakan metode
Quartering (Gambar 7). Diverter-type digunakan untuk sampel bahan baku dengan
ukuran partikel yang besar seperti butir-butiran utuh. Sampel yang diambil
dengan probe (sampel primer) dimasukkan ke dalam primary sampler dan mengalir
melalui tabung menjadi sampel sekunder yang akhirnya menjadi sampel uji.
Pengambilan Sampel
Alat
dan teknik yang berbeda digunakan dalam mengambil sampel untuk komoditi yang
berbeda. Industri pakan ternak biasanya menggunakan kombinasi pola pengambilan
sampel secara acak, bertingkat atau sistematik.
Bahan Baku
Curah
Bahan baku curah berupa
butiran dan bungkil kedelai yang diangkut dengan truk atau kereta, sampel
diambil menggunakan grain probe. Sampel diambil dari beberapa tempat dengan
jumlah sekitar 2 kg setiap sampel (Herrman, 2001). Jumlah titik pengambilan
tergantung dari jenis alat angkut dan ukuran kontainer. Pola pengambilan sampel
bahan baku butiran yang diangkut dengan truk atau trailer dasar datar
diilustrasikan pada Gambar 8. Jika sampling tak mungkin dilakukan dengan alat
penguji, maka sampling bahan harus dilakukan saat pembongkaran seluruh muatan.
Bahan Baku Kemasan.
Prosedur
pengambilan sampel lain yang harus diketahui, yakni prosedur pengambilan sampel
untuk kelompok bahan dalam karung. Sampel yang representatif bisa diperoleh
dengan alat penguji berujung runcing. Prosedur pengambilan sampel bahan baku
dalam karung dilakukan dengan menusukkan probe secara diagonal dari bagian atas
ke bagian bawah karung (Gambar 9). Sampel diambil dari seluruh karung jika jumlah
karung 1 – 10 karung, dan sampel diambil dari 10 karung secara acak jika jumlah
karung lebih dari 11 karung (Herrman, 2001), namun ada beberapa teori berbeda
dalam industri untuk menentukan jumlah karung sampel per kelompok.
Cara sederhana pengambilan sampel yakni sampel diambil pada 10 %
dari jumlah karung dalam suatu kelompok. Teori lain dengan memakai akar pangkat
dua (Defra, 2002) dari jumlah karung dalam kelompok. Tabel 1 membandingkan dua
metode tadi untuk ukuran kelompok yang berbeda. Kelompok bahan pakan 100
Gambar 8. Sampling pada Karung
karung atau kurang sebaiknya
digunakan aturan akar kuadrat sedangkan untuk kelompok lebih dari 100 karung
digunakan aturan 10 %. Hal ini untuk menjamin jumlah sampel maksimum yang bisa
diambil, hingga diperoleh sampel yang lebih refresentatif.
Semua
sample dan produk harus dijaga dari kerusakan yang disebabkan oleh tikus,
serangga, kelembaban dan jamur. Pencegahannya dapat ditempatkan di dalam
freezer.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan
bahan pakan adalah:
Tempat penyimpan pakan harus bersih dan
kering
Tipe penyimpan pakan harus mudah
mengalirkan pakan dengan sudut kemiringan kurang lebih 260
Tempat penyimpan pakan/bin harus sering
dibersihkan. Hal ini untuk menghindari pencemaran pakan. Pakan yang menempel
pada bagian yang tidak terjangkau akan tertinggal di dalam bin untuk beberapa
saat lamanya dan kemungkinan akan keluar sedikit demi sedikit terbawa oleh
aliran bahan pakan berikutnya.
Bagian penerimaan dimulai dari area lalu lintas kendaraan/mobil
atau truk ditempatkan; terletak di luar area pembongkaran. Tahap ini meliputi
menerima, mengeringkan, membersihkan, menyimpan, dan mengelola bahan pakan /
material sampai dengan tahap berikutnya. Pengelolaan pada tahap ini ditujukan
untuk semua bahan baku / material yang termasuk jugapenerimaan/pengadaan
kantong kosong dan persediaan lain. Proses diakhiri diakhiri sampai pada saat
material ditempatkan; ditempatkan sementara dimanapun baik di (dalam) bak/peti
[gudang/penyimpanan] atau di (dalam) gudang penerima, termasuk juga pekerjaan
mengelola dan atau mengkondisikan semua material sesuai keperluan.
Di dalam penanganan bahan pakan, terkait langkah-langkah
pengangkutan & distribusi serta pengepakan, dan penyimpanan. Faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan manajemen pakan adalah:
(a) Densitas dan kadar air
(b) Kapabilitas operator dan fasilitas
pendukung
(c) Pilihan metode/cara
(d) Diskripsi layanan
Dalam pengelolaan pakan, kategori bahan
menjadi pertimbangan utama dalam penetapan teknologi dan strategi
pengelolaannya. Untuk kemudian dilanjutkan sebagai dasar dalam perencanaan dan
penjadwalan. Perencanaan dan penjadwalan hendaknya mempertimbangkan aspek
berikut:
Ø
Banyaknya macam bahan yang akan digunakan,
Ø Tipe dan karakteristik bahan,
Ø Sirkulasi (penerimaan-penggunaan),
Ø Sistem transportasi dan jumlah setiap pengiriman,
Ø Proses tambahan/pendahuluan,
Ø
Antisipasi terhadap pemanfaatan bahan, dan
Ø Efisiensi dan pembiayaan
Penanganan bahan/pakan secara ideal dapat dilakukan dengan
mengikuti model manajemen dasar, yaitu: mulai dari mengapa, kemudian apa,
dimana dan kapan, selanjutnya bagaimana dan siapa (Ilustrasi 1). Mengapa
penting atau tidak penting untuk melakukan sesuatu, misalnya pengadaan bahan
pakan, perawatan mesin, formulasi ransum dll, merupakan langkah awal proses
pengelolaan bahan pakan. Jika memang hal tersebut dipandang penting, kemudian
apa yang akan dilakukan merupakan langkah berikut yang harus diatur strateginya,
apakah melakukan survey untuk pengadaan material, atau langsung memesan /
membeli. Tahap ini harus mempertimbangkan tentang aspek karakteristik bahan, jumlah
dan tipe dari material. Material menyangkut faktor tipe material seperti padat,
cair, gas; karakteristik seperti bentuk, demensi, suhu, dll; serta jumlah
minimum/maksimum, bulanan/tahunan, dll.
Ilustrasi 1. Model manajemen dasar penanganan bahan pakan
Gerak/pergerakan material adalah aspek kapan
dan dimana. Dalam hal ini faktor yang harus diperhatikan adalah:




Pemahaman atas material dan pergerakan
serta pertimbangan atas bagaimana dan siapa merupakan dasar penetapan metode
penanganan. Dalam hal ini faktor yang harus diperhitungkan adalah:



Model pengananan juga harus mempertimbangkan kendala fisik seperti
area, ketinggian, ukuran pintu, kapasitas/kemampuan lantai, elevator,
pergudangan, dll.
Prosedur
pembelian dan penerimaan bahan baku yang dikembangkan oleh bagian managemen
perusahaan merupakan garis pertahanan awal dalam keamanan pabrik, kualitas
ransum dan memberikan kontribusi terhadap keuntungan perusahaan. Industri pakan
ternak harus mengembangkan dan mengikuti suatu prosedur penerimaan bahan baku
yang meliputi pemeriksaan dokumen bahan yang dikirim, pemeriksaan sensorik
(sensory) bahan baku dan dokumen penerimaan.
Prosedur
penerimaan bahan baku diperlukan untuk menjamin bahan baku yang datang sesuai
dengan spesifikasi kualitas kontrak pembelian. Beberapa prosedur penerimaan
bahan baku diantaranya:
Pemeriksaan identitas bahan baku
Pemeriksaan dokumen untuk menjamin kesesuaian kontrak pembelian.
Pembongkaran bahan baku tidak dapat dilakukan jika tidak dilengkapi dengan
label yang sesuai.
Memastikan berat bahan baku.
Pemeriksaan pada bahan baku kemasan ditujukan untuk menjamin
ketepatan dan keseragaman berat bahan baku, jumlah kemasan bahan baku dan tidak
ada kebocoran atau kontaminasi. Pemeriksaan bahan baku curah dengan menimbang
kendaraan pengangkut.
Pengambilan sampel dan pengujian kualitas bahan baku.
Periksan dilakukan terhadap
kendaraan pengangkut untuk kemungkinan adanya kontaminasi baik secara biologis,
kimia maupun fisik. Pengambilan sampel bahan baku sesuai prosedur yang
tersedia. Pemeriksaan awal meliputi warna, tekstrur, aroma, kadar air dan benda
asing, beberapa bahan baku memerlukan pengujian kandungan mikotoksin (Fairfied,
2003). Penyerahan sampel untuk pengujian kimia zat makanan.
Memastikan pengangkutan bahan baku berisiko tinggi
secara benar.
Beberapa bahan baku
mempunyai potensi penyebab masalah jika pengangkutan tidak dilakukan melalui
jalur yang benar.
Menyimpan sampel.
Penyimpanan sampel bahan
baku harus dapat menjamin keaslian bahan baku itu. Penyimpanan diperlukan jika
timbul pertanyaan terhadap kualitas produk akhir. Daya tahan sampel bervariasi
tergantung pada tipe bahan baku dihasilkan dan daya tahan ransum.
Penolakan bahan baku.
Jika hasil sampling dan pengujian menunjukkan kualitas yang tidak
sesuai, menolak bahan baku. Mencatat semua alasan penolakan bahan baku.
Pengolahan
Material (Handling)
Proses pengolahan material dimulai dengan pengelolaan material yang
disimpan di (dalam) bak / peti [gudang /penyimpanan]. Termasuk di dalamnya
pengurangan ukuran material, pengepresan kering (crimping) dan pembuatan
kepingan-kepingan kecil kering (flaking). Pengelolaan juga meliputi semua
tahapan bergeraknya material ke dan dari peralatan prosesing yang berakhir
sebagai bahan setengah jadi yang ditempatkan / disimpan di dalam bak/peti (bin)
siap untuk dikemas atau juga didistribusikan langsung kepada konsumen.
Proses conditioning adalah
proses pemanasan dengan uap air pada bahan yang ditujukan untuk gelatinisasi
agar terjadi perekatan antar partikel bahan penyusun sehingga penampakan pellet
menjadi kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus. Proses conditioning ditujukan
untuk gelatinisasi dan melunakkan bahan agar mempermudah pencetakan. Disamping
itu juga bertujuan untuk membuat pakan menjadi steril, terbebas dari kuman atau
bibit penyakit; menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai perekat; pakan
menjadi lebih lunak sehingga ternak mudah mencernanya; menciptakan aroma pakan
yang lebih merangsang nafsu makan ternak.
Proses conditioning dilakukan
dengan bantuan steam boiler yang uapnya diarahkan ke dalam
campuran pakan. Apabila penguapan dilakukan dengan mixer jenis
beton molen, proses penguapan dilakukan sambil mengaduk campuran pakan
tersebut. Penguapan tidak boleh dilakukan di atas suhu yang diizinkan, yaitu
sekitar 80°C. Pengukusan dengan suhu terlalu tinggi dalam waktu yang lama akan
merusak atau setidaknya mengurangi kandungan beberapa nutrisi dalam pakan,
khususnya vitamin dan asam amino. Dalam proses pembuatan pakan ayam ras
pedaging, penguapan tidak mutlak diperlukan. Selama proses kondisioning terjadi
penurunan kandungan bahan kering sampai 20% akibat peningkatan kadar air bahan
dan menguapnya sebagian bahan organik. Proses kondisioning akan optimal bila
kadar air bahan berkisar 15 – 18%.
Sistem kerja mesin pencetak
sederhana adalah dengan mendorong bahan campuran pakan di dalam sebuah tabung
besi atau baja dengan menggunakan ulir (screw) menuju cetakan (die)
berupa pelat berbentuk lingkaran dengan lubang – lubang berdiameter 2 – 3 mm,
sehingga pakan akan keluar dari cetakan tersebut dalam bentuk pellet. Kelemahan
sistem ini adalah diperlukannya tambahan air sebanyak 10 – 20% ke dalam
campuran pakan, sehingga diperlukan pengeringan setelah proses pencetakan
tersebut. Penambahan air dimaksudkan untuk membuat campuran atau adonan pakan
menjadi lunak, sehingga bisa keluar melalui cetakan. Jika dipaksakan tanpa
menambahkan air ke dalam campuran, mesin akan macet. Di samping itu, pellet
yang keluar dari mesin pencetak biasanya kurang padat.
Berbeda dengan mesin sederhana,
sistem kerja mesin yang biasa digunakan di industri pakan adalah dengan cara
menekan atau menggiling bahan baku pakan dengan menggunakan roda baja (roller)
pada cetakan (die). Pellet yang keluar dari cetakan tersebut
kepadatannya sangat baik.
Selama proses conditioning terjadi
peningkatan suhu dan kadar air dalam bahan sehingga perlu dilakukan pendinginan
dan pengeringan. Proses pendinginan (cooling) merupakan proses penurunan
temperatur pellet dengan menggunakan aliran udara sehingga pellet menjadi lebih
kering dan keras. Proses ini meliputi pendinginan butiran-butiran pellet yang
sudah terbentuk, agar kuat dan tidak mudah pecah. Pengeringan dan pendinginan
dilakukan pada tahap ini untuk menghindarkan pellet itu dari serangan jamur
selama penyimpanan
Pengeringan pada intinya adalah
mengeluarkan kandungan air di dalam pakan menjadi kurang dari 14%, sesuai
dengan syarat mutu pakan ternak pada umumnya. Proses pengeringan perlu
dilakukan apabila pencetakan dilakukan dengan mesin sederhana. Jika pencetakan
dilakukan dengan mesin pellet sistem kering, cukup dikering anginkan saja
hingga uap panasnya hilang, sehingga pellet menjadi kering dan tidak mudah
berubah kembali ke bentuk tepung.
Proses pengeringan bisa dilakukan
dengan penjemuran di bawah terik sinar matahari atau menggunakan mesin.
Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Penjemuran secara alami tentu
sangat tergantung kepada cuaca, higienitas atau kebersihan pakan harus dijaga
dengan baik, jangan sampai tercemar debu atau kotoran dan gangguan hewan atau
unggas yang dikhawatirkan akan membawa penyakit. Jika alat yang digunakan mesin
pengering, tentu akan memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yang
cukup tinggi.
Perlakuan akhir yaitu penyimpanan
di dalam gudang,,sebelum masuk ke tangan konsumen harus melalui tahap
pengambilan sample
Tidak ada komentar:
Posting Komentar